Berita >> Cagar Budaya Tuk Babon
Cagar Budaya Tuk Babon

Tuk Babon merupakan salah satu sumber mata air tertua dan paling sakral di Kecamatan Selo, Boyolali. Warisan ini dijaga secara turun-temurun oleh masyarakat sebagai simbol kehidupan yang tak ternilai. Dalam bahasa Jawa, “Tuk” berarti sumber air, sedangkan “Babon” melambangkan induk atau asal mula. Oleh karena itu, Tuk Babon dimaknai sebagai sumber utama kehidupan masyarakat—baik secara fisik, ekonomi, sosial, maupun spiritual. Sumber ini tidak hanya menyediakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjadi penopang utama pertanian, kegiatan ekonomi, serta cadangan air untuk keperluan sosial, keagamaan, dan situasi darurat.
Peran spiritual Tuk Babon semakin terasa kuat melalui ritual tahunan Petri Tuk Babon, yang merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat kepada alam. Ritual ini mencakup berbagai kegiatan adat, seperti pemasangan sesaji, doa bersama, dan selamatan. Tradisi ini juga melibatkan penyembelihan kambing atau domba, yang kemudian dimasak dan disantap bersama sebagai simbol kebersamaan dan kesetaraan. Selain itu, masyarakat secara kolektif melakukan gotong royong untuk membersihkan area sumber dan memperbaiki fasilitas umum. Pentas seni tradisional seperti campur bawur juga ditampilkan sebagai bagian dari pelestarian budaya, diiringi dengan kegiatan penghijauan berupa penanaman pohon di sekitar sumber air untuk menjaga keberlanjutan ekosistem.
Nilai-nilai sosial dan spiritual yang terkandung dalam keberadaan Tuk Babon sangatlah dalam. Ia menjadi cermin dari rasa syukur kepada alam, memperkuat solidaritas sosial dan semangat gotong royong, serta mempererat hubungan antargenerasi melalui pelestarian tradisi dan warisan leluhur. Tuk Babon juga berperan penting dalam membentuk identitas budaya lokal dan menjadi media edukasi nilai-nilai luhur bagi generasi muda.
Untuk memastikan kelestarian Tuk Babon, berbagai langkah telah dan perlu terus dilakukan. Di antaranya adalah penetapan kawasan ini sebagai konservasi lokal, pengembangan program edukasi lingkungan, penguatan ritual Petri Tuk Babon sebagai agenda budaya tahunan, serta keterlibatan aktif generasi muda dalam kegiatan pelestarian. Dengan cara ini, Tuk Babon tidak hanya dipertahankan sebagai sumber air, tetapi juga sebagai sumber nilai dan jati diri masyarakat Selo.
Budaya